Dalam dunia bisnis coaching, ada dua tipe coach yang kita kenal yaitu coach resmi bersertifikasi dan coach non sertifikasi.
Coach resmi bersertifikasi adalah mereka yang melalui proses training dan sertifikasi dari lembaga resmi coaching seperti International Coaching Community.
Sedangkan coach non sertifikasi adalah mereka yang menggunakan titel Coach, baik itu Life coach, Business Coach, dll, tetapi mereka tidak memiliki sertifikasi apapun, bahkan tidak pernah mengikuti training apapun. Umumnya mereka mendapatkan ilmu melalui pengalaman pribadi, sehingga mereka bisa berbagi ilmu yang didapatkan dari pelajaran hidup tersebut pada orang lain yang mengalami hal yang sama dengan yang pernah mereka alami.
Selain itu, ada juga orang yang tidak punya pengalaman pribadi tapi kemudian memutuskan menjadi seorang coach dikarenakan secara alami dia memiliki kemampuan mengamati dan kemampuan menganalisa yang tajam. Sehingga walaupun tidak bersertifikasi dan tidak punya pengalaman pribadi dalam menangani hambatan-hambatan yang dialami oleh klien-kliennya, dia mengandalkan kemampuan pengamatan dan analisanya untuk membimbing kliennya menuju goal yang diharapkan.
Ada juga tipe orang yang menjadi coach karena memiliki kemampuan ‘psychic‘, atau kalau di negara kita lebih populer dengan istilah ‘Indigo’. Mereka tidak bersertifikasi sebagai seorang coach, tapi menjadi coach karena mengandalkan kemampuannya untuk membaca pikiran orang lain, bahkan memprediksi masa depan. Dan mungkin tidak sedikit di negeri ini yang menjadikan orang-orang seperti mereka sebagai life coach atau bahkan business coach walaupun titelnya bukan life coach atau business coach, tetapi lebih sebagai ‘penasehat spiritual’ kalau tidak mau disebut dukun.
Nah, mereka yang tidak bersertifikasi bukan berarti tidak memiliki kemampuan yang setara dengan coach legal yang bersertifikasi. Karena bisa jadi mereka malas mengambil sertifikasi, atau punya cara sendiri yang khas dan unik dalam melakukan coaching yang mungkin tidak akan didapatkan dalam pelatihan coaching manapun.
Tetapi yang perlu diwaspadai adalah coach abal-abal yang tak bersertifikasi, sudah begitu tidak punya kemampuan yang mumpuni. Mereka tiba-tiba muncul membranding diri sebagai coach di berbagai platform media sosial, dengan story telling yang memikat dan membuat orang percaya bahwa dia adalah seorang coach yang handal.
Di dunia internet saat ini, sangat mudah untuk kita mencitrakan diri sebagai orang yang sukses, sebagai orang yang bahagia, sebagai orang yang kaya, meskipun kenyataannya adalah sebaliknya. Dengan bermodalkan kemampuan untuk mengarang cerita yang memikat, disertai testimoni palsu, maka orang-orang yang tersentuh oleh cerita yang disampaikan akan mudah untuk mempercayai coach abal-abal tersebut.
Bukan sekali dua kali kita mendengar ada orang-orang yang merasa tertipu oleh orang yang berkedok sebagai master dalam suatu bidang sehingga harus kehilangan banyak uang yang disetorkan pada master tersebut.
Dalam dunia coaching pun sama, bukan sekali dua kali ada individual atau perusahaan yang rugi secara waktu dan materi karena keliru menyewa coach yang mereka percayai bisa membawa mereka ke arah yang lebih baik, tetapi ternyata tidak membawa hasil yang diharapkan, bahkan sang coach abal-abal tersebut pergi begitu saja dan tidak bertanggungjawab dengan pekerjaannya.
Tetapi mereka yang termasuk dalam kategori coach abal-abal pun bukan selalu orang yang berniat menipu. Karena ada juga yang menjadi coach dengan sistim coba-coba. Mungkin karena selama ini selalu menjadi tempat curhat orang lain, dan merasa berhasil membimbing orang-orang yang curhat padanya maka dia pun memberanikan diri menjadi seorang life coach.
Dalam perjalanannya, ternyata dia menemui berbagai tipe orang dengan berbagai kasus yang tidak pernah dia temukan sebelumnya, sehingga dia pun meraba-raba dan mencoba-coba berbagai teori yang dia tahu untuk membantu kliennya dan ternyata tidak sesuai harapan klien.
Di era internet saat ini informasi sangat cepat beredar. Sekali seseorang merasa tertipu, dia bisa mempostingnya di media sosial, dan bukan tidak mungkin postingan itu kemudian menjadi viral. Akhirnya nama coach tersebut bisa ternoda oleh satu postingan saja. Reputasi yang susah payah dibangun pun hancur seketika.
Lebih parah lagi jika seseorang mengklaim diri sebagai coach hanya karena memiliki sedikit pengetahuan, merasa tahu dan merasa mampu untuk menjadi seorang coach, tetapi kenyataan di lapangan ternyata berkata lain.
Menjadi seorang coach bukanlah pekerjaan yang sepele, karena seorang coach dibayar mahal untuk waktu dan tenaganya, dan lebih penting lagi dia dipercaya oleh kliennya untuk membantunya mencapai goal yang diinginkan.
Karena itu pertimbangkanlah baik-baik saat anda memilih seorang coach untuk pencapaian goal pribadi ataupun perusahaan anda, pastikan anda memilih coach yang legal dan bersertifikasi, karena sangat besar resikonya jika anda memilih coach abal-abal yang belum tentu mau bertanggungjawab jika dia gagal.
Seorang coach resmi bersertifikasi memiliki prosedur coaching yang sudah teruji, sudah mempelajari berbagai kasus beserta solusinya, sehingga tidak ada istilah mengira-ngira atau menebak-nebak, atau mencoba-coba cara yang belum pernah teruji dan belum tentu efektif untuk kliennya.
Selain itu dia juga memiliki pertanggungjawaban kepada komunitas tempat dia dilatih sebagai coach. Kegagalannya dalam melakukan coaching tentu saja akan berimbas pada nama baik komunitasnya.
Memilih untuk coaching adalah keputusan yang besar, bukan hanya soal biaya, tetapi juga waktu anda yang berharga. Karena itu jangan terburu-buru untuk memilih seorang coach hanya karena dia terkesan terpercaya, tapi selidiki dulu juga latar belakangnya dan siapa dia sebenarnya.
Selamat memilih coach yang tepat untuk kemajuan hidup anda 🙂